Menjelaskan orthopedi dengan bahasa sehari-hari

Beranda » Alternatif » Dukun Patah Tulang vs Orthopedi

Dukun Patah Tulang vs Orthopedi

Banyak yang beranggapan bahwa dokter orthopedi mahal dan memilih berobat ke dukun patah tulang. Asumsi saya pada waktu itu banyak orang tidak mampu yang berobat ke dukun.

Ternyata selama saya belajar di rumah sakit umum untuk menjadi Orthopedi, ada yang menghabiskan uang belasan juta di dukun (dan tidak sembuh). Ada yang menjual dua sepeda motor (perkiraan saya kurang lebih 10 juta atau lebih) dan tidak sembuh. Bahkan ada kasus-kasus di mana harus berakhir dengan amputasi karena infeksi.

Sebenarnya patahnya pun relatif seserhana sehingga kategori operasinya sedang, dengan demikian biayanya kurang lebih sama bahkan bisa lebih rendah. Penderita juga tidak perlu dibidai berhari-hari seperti di dukun. Beberapa pasien mengatakan takut dioperasi. Padahal dioperasi bebas rasa sakit saat kita membenarkan posisi tulang, berbeda dengan dukun patah yang mana pasiennya tidak dibius saat “diperbaiki” tulangnya. Jadi mengapa memilih ke dukun?

Memang benar bahwa ada jenis-jenis patah tulang yang tanpa operasi atau gips dapat menyambung (sembuh), tetapi rata-rata yang demikian juga tidak memerlukan dukun. Di sinilah para dukun beraksi, melakukan klaim terhadap patah tulang yang sembuh sendiri.

Mengapa saya sampai membahas yang demikian? Bukan karena takut bersaing dengan dukun, tetapi banyakmpasien yang datang menjadi korban dukun. Bukan bertambah baik tetapi malah memerlukan operasi yang lebih rumit.

Yang paling baru saya temui malah sebenarnya tidak patah, tetapi dibebat sampai sikunya kaku tidak dapat bergerak, dan mungkin sekarang memerlukan operasi agar bisa bergerak kalau fisioterapinya tidak berhasil.

Herannya, kok tidak ada yang menuntut secara hukum ya? Sayang sekali belum ada penelitian yang dilakukan tentang dukun patah tulang ini (kalau pun ada belum sempat saya baca). Jadi saya belum bisa me-“tidak rekomendasi”-kan dukun.

Hanya saja seharusnya kalau tahu bahwa tindakannya mencelakai orang, kok tidak sadar-sadar ya?


Tinggalkan komentar